geng bloger

nafnag


Wednesday, April 14, 2010

sifat gay turun dari permpuan adakah benar?.....

Kepribadian gay yang dimiliki sebagian laki-laki mungkin dipicu susunan gen tertentu pada ibunya. Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Human Genetics edisi Februari tersebut membangkitkan kembali pendapat yang masih diperdebatkan sejak lama mengenai ada atau tidaknya gen pengatur sifat gay.

Para peneliti menduga adanya pengaruh gen sebagai pemicu sifat gay setelah mempelajari fenomena yang disebut penonaktifan kromosom X. Aktifitas tersebut dipelajari pada 97 orang wanita yang memiliki anak gay dan 103 wanita yang tidak memiliki anak gay.
Kromosom adalah molekul yang mengandung instruksi genetik organisme. Manusia diketahui memiliki 23 kromosom. Kromosom X dan Y adalah kromosom seks manusia. Seorang wanita memiliki sepasang kromosom X, sedangkan pria memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y.

Meskipun wanita memiliki dua kromosom X, hanya satu yang aktif berfungsi. Kromosom satunya lagi tidak aktif karena mengalami proses metilasi. "Kromosom tersebut dibungkus dalam sejenis bola dan tidak digunakan kecuali pada beberapa gen," kata pimpinan penelitian Sven Bocklandt dari Universitas California, Los Angeles.

Jika salah satu kromosom X tersebut tidak dinonaktifkan, jumlah material genetik menjadi berlebihan. Hal tersebut tidak baik karena dapat menyebabkan melimpahnya protein yang berbahaya bagi tubuh. Sindrom down adalah salah satu kelainan serupa yang disebabkan kelebihan penggandaan kromosom 21.

Pada kondisi normal, kromosom X dinonaktifkan secara random. Pada separuh sel tubuh wanita, salah satu dari dua kromosom X yang nonaktif. Sedangkan, pada setengah sel lainnya, kromosom X lain yang nonaktif.

Meskipun demikian, ketika para peneliti mempelajari sel-sel dari 42 orang wanita yang memiliki dua orang atau lebih anak gay, mereka menemukan ada seperempat wanita dalam kelompok ini yang memperlihatkan sifat berbeda.

"Setiap sel tunggal pada wanita tersebut menonaktifkan kromosom X yang sejenis," kata Bocklandt. Namun, hanya 4 persen ibu yang tidak memiliki anak gay dan 13 persen yang memiliki seorang anak gay memiliki sifat seperti ini.

Bocklandt yakin hal tersebut menunjukkan bahwa kromosom X pada wanita ikut mempengaruhi sifat gay pada anaknya. "Saya kira terdapat satu atau lebih gen di kromosom X wanita-wanita ini yang berpengaruh pada orientasi seksual anak-anaknya, dilihat dari pengaruhnya pada sel yang kami amati," kata Bocklandt.

Sebelumnya, Bocklandt juga terlibat dalam penelitian yang mempelajari genom manusia pada laki-laki yang memiliki dua atau lebih saudara laki-laki gay. Para peneliti menemukan adanya kemiripan yang unik pada DNA di tiga kromosom yaitu nomor 7,8, dan 10. Kemiripan yang unik tersebut dimiliki 60 persen di antara saudara para gay.

Dalam penelitian tersebut juga ditemukan bahwa ibu memiliki peran besar dalam mengatur orientasi seksual anaknya. Bagian kromosom 10 hanya akan memicu sifat homoseksual jika diturunkan dari ibunya. Kedua hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat berbagai faktor genetik yang terlibat dalam menentukan orientasi seksual seseorang dan mungkin hal tersebut berbeda-beda pada setiap orang.

"Kami kira terdapat pria gay dari kromosom X dan beberapa gay dari kromosom 7, kromosom 10, atau kombinasinya," kata Bocklandt. Kebanyakan peneliti sekarang berpikir bahwa tidak ada satu gen gay tunggal yang mengendalikan sifat homoseksual. Sepertinya, hal tersebut dipengaruhi beberapa gen dan kombinasi pengaruh lingkungan yang akan membentuk seseorang menjadi gay atau tidak.

Penelitian tentang faktor genetik yang menyebabkan orientasi seksual memang masih kontroversial. Pendapat bahwa orientasi seksual adalah pilihan ditentang para pemuka agama. Menurut mereka, pendapat tersebut adalah cara untuk melegalkan homoseksualitas. Sebaliknya, pihak lainnya khawatir pengetahuan yang jelas terhadap faktor genetik yang menyebabkan sifat homoseksual akan membuka teknik rekayasa genetika untuk menghentikan hal tersebut.

Namun, Bocklandt tidak mempedulikan pendapat-pendapat tersebut. Menurutnya, secara ilmiah pertanyaan mendasar yang mengemuka adalah apakah faktor genetik berpengaruh pada sifat homoseksualitas atau tidak.

"Saya tidak peduli apakah pada titik tertentu kami akan dapat mengubah sifat kepribadian atau fisik," kata Bocklandt. Saya kira, lanjut Bocklandt, jika kami mampu mengubahnya, berarti kami juga dapat mengubah kepandaian seseorang atau ketrampilannya memainkan alat musik, misalnya. Namun, apakah pilihan ini akan diambil atau tidak, itu bukan pertanyaan yang ilmiah. 





lihahat lah perbezaan....






don`t2 buat macam ni tuhan tak mengaku umat tau..
[gambo hiasan semata]


teng tereng.....
adakah salah ibu menagandung atau bapa yang membuat ibu mengandung....
hehehhehe